JALAN MENUJU TUHAN
Tantangan hidup di zaman modern ini semakin
kompleks. Banyak bencana alam, konflik, persaingan, kecemasan, kecurigaa,
kebencian, bahkan perang merupakan realitas konkret yang terus menerus
dihadapai. Menghadapi situasi seperti itu orang menjadi lelah. Orang semakin
terasing. Kehidupan batinpun semakin kering.
Setiap orang
yang berimanpun pernah mengalami kekecewaan, seperti yang dialami oleh
dua murid dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24: 13-34) Mengapa kita, manusia tidak merasakan Kekecewaan ? Karena kita egois, hanya
memikirkan, mementingkan diri sendiri, saya. Agar kita tidak selalu kecewa,
frustasi kita perlu:
1.
Tenang, hening. Kita mencoba berpikir dengan hati, merefleksikan,
merenungkan kembali peristiwa-peristiwa tertentu dengan hati, bukan dengan
rasio sehingga kita bisa melihat, mendengar dari kacamata yang berbeda. Pernahkan
anda mendengar penggalan lagu lagu Lagu
Tangan Tuhan/Pelangi KasihNya: “apa yang kau alami kini mungkin tak dapat
engkau mengerti, satu hal tanamkan di hati Indah semua yang Tuhan bri.
2.
Benar-benar merasakan hidup, bukan masalah umur atau usia, tapi
mengenai kualitas hidup, berarti:
a.
Menjadi diri sendiri, bukan orang lain, bukan sekedar menyenangkan
orang lain ( menyenangkan orang tua, pasangan hidup-suami atau istri,
anak-anak, sahabat dsb) tetapi menunjukan identitas dirinya sendiri.
b.
Pada saat ini. Hal ini berarti masa lalu dan masa depan bukanlah
kenyataan (tidak nyata) . Nikamatilah kehidupan hari ini, saat ini.
c.
Berada di sini, berarti diri kita seutuhnya ada di sini, tubuh, jiwa,
dan roh . Karena seringkali walaupun kita berada di gereja secara fisik, jiwa
dan rohnya mungkin berada di tempat lain, memikirkan sesuatu yang lain.
3. Suka cita / Bahagia. Mengapa manusia tidak
bersukacita atau bahagia? Banyak orang mempunyai ide, sikap, pandangan yang
keliru yang salah bahwa bahgia atau sukacita itu ditemukan pada hal-hal yang
eksternal, di luar dirinya. Bahwa kebahagiaan itu ada syarat-syaratnya, misal
memiliki materi, barang dll, aku akan bahagia kalau saya …. Kita tanggalkan itu , lihatlah betapa
beruntungnya saya bila kita melihat ke bawah…pada orang-orang kecil, pada
orang-orang cacat. Melihat orang buta…saya bersyukur masih mempunyai mata yang
bisa melihat.
4.
Kemerdekaan spiritual. Kita bebaskan musuh-musuh yang ada di dalam diri kita,
yaitu:
a.
pengalaman buruk di masa lampau
( luka batin). Saya tidak bahagia karena saya pernah mengalami..pengalaman
pahit ( dilecehkan, dihina, dipermalukan didepan umum…dsb)
b.
pengalaman indah di masa lampau ( nostalgia ) . Saya akan bahagia kalau
saya merasakan kembali pengalaman nostalgia… dulu kamu begitu, sekarang koq
begini….
c.
Kekawatiran dan ketakutan akan masa depan. Ingat Injil tetang
kekhawatiran. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
d.
Ambisi. Ambisi memang baik , tetapi kalau diperbudak oleh ambisi di
masa depan, itu yang mengerikan.,ia hidup dalam hayalan di masa depan, ia tidak bisa menikmati hidupnya saat ini.
e.
Melekat pada benda-benda masa kini. Kita merasa ada yang kurang bila
tidak memilikinya, begitu bergantung padanya. misal HP, beberapa anak mengatakan kalau tidak
ada HP rasanya ga ada gairah hidup.
Ketika kita mengalami
kekecewaan, frustasi, putus asa, kita tidak melihat Tuhan yang sebenarnya
berdiri di samping kita, melihat dan mendamping. Kalau kita hanya terpusat pada
kekecewaan dan kegelapan hidup, sampai –sampai tidak melihat bahwa Tuhan
menyapa dan mau membantu kita lewat sahabat, teman, peristiwa hidup. Marilah kita diam sejenak, tenang, untuk
kembali mengenangkan bagaimana Tuhan biasanya membimbing dan menyertai kita
dalam pengalam-pengalaman di masa lalu. Dengan demikian, kitapun pelan-pelan
akan menyadari bahwa saat ini pun Tuhan menyertaiku. Dengan menyadari bimbingan
Tuhan yang pernah kita alami, pelan-pelan kitapun akan lebih terbuka terhadap teman, mulai peka melihat
situasi hidup kita, dan mulai melihat uluran tangan Tuhan lewat mereka, lewat
sesama.
Y
haris a osc