Monday, April 27, 2015

Terima Kasih



BERTERIMA KASIH   DAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH
LUKAS 17:11-19

Suatu ketika, ada seorang pengemis tua renta tak berdaya meminta sedekah sambil mengulurkan tangannya. Ketika seseorang memberikan uang  atau makanan, terlihat wajahnya berubah, yang tadinya tidak bersemangat, tak berdaya menjadi berseri-seri karena mendapatklan rejeki, ia langsung secara spontan mengucapkan terima kasih.
Terima kasih adalah kata-kata yang penting diucapkan ketika seseorang mendapatkan sesuatu; perhatian, cinta, keperdulian, bantuan, atau materi. Terima kasih merupakan bukti, saya  menerima dan menghargai orang yang telah “memberi”. Ungkapan terima kasih menjadi lebih bermakna ketika kita benar-benar membutuhkan “sesuatu” dan orang lain memberikannya. Selain berterima kasih, ia juga akan bersyukur kepada Allah.
            Injil menggambarkan mukjizat yang dilakukan Yesus terhadap sepuluh orang kusta. Kisah ini terjadi  di perbatasan Samaria dan Galilea sewaktu Yesus menuju Yerusalem. Samaria adalah wilayah tempat tinggal orang  Israel yang bercampur dengan orang-orang asing. Orang-orang Israel yang ditinggal disana dicap sebagai orang asing, orang najis, orang kafir karena mau berhubungan, bercampur baur melalui perkawinan dengan bangsa asing. Bangsa Israel tidak mengakui mereka sebagai bagian dari bangsanya,bahkan melarang berhubungan dengan mereka sebab bila berhubungan akan menyebabkan dirinya menjadi najis,   mereka disebut Orang Samaria. Orang Samaria adalah kaum pinggiran yang terbuang dari bangsanya sendiri.
            Kisah mukjizat dimulai dengan permintaan sepuluh orang kusta yang meminta belas kasihan Yesus. Orang kusta oleh bangsa Israel dianggap, dicap sebagai orang najis, harus dijauhi, orang-orang terkutuk, tidak mendapat rahmat Allah. Mereka yang menderita kusta tinggal di luar  kota atau desa, terpisah dari masyarakat biasa. Mereka hidup dari belas kasihan orang yang memberi sedekah. Karena itu, ketika mereka minta belas kasihan Yesus tidak berani mendekat….mereka  berdiri agak jauh. Yesus tidak memberikan Sabda Penyembuhan, seperti dalam kisah-kisah mukjizat lainnya, melainkan perintah untuk pergi memperlihatkan diri kepada imam-imam. Mereka pergi karena mereka percaya akan disembuhkan oleh Yesus,  sedang mereka berjalan mukjizat terjadi, mereka menjadi tahir, sembuh dan dibebaskan dari kenajisan. Yesus memyuruh mereka pergi kepada iam-imam, sebab para imamlah yang akan menentukan, memeriksa, menyelidiki seseorang sudah tahir atau belum sehingga mereka dapat berbaur kembali di tengah masyarakat.
            Bagaimana dengan diri kita masing-masing. Apakah kita juga bersikap seperti orang Israel, yang membeda-bedakan sesama ? ada yang didekati, ada yang dijauhi, ada yang disingkirkan (terutama lawan, saingan, atau musuh) . Kadang kala kita pun mempunyai prasangka-prasangka yang negatif terdahadap orang lain, apakah ini sesuai dengan ajaran kristiani ?
            Ternyata hanya ada satu yang kembali untuk berterima kasih  kepada Yesus dan bersyukur kepada Allah , yaitu orang Samaria. Mengapa hanya orang Samaria ? orang Samaria bisa berterima kasih  dan bersyukur karena ia melihat bahwa Allah yang berbelas kasih  tampak dalam diri Yesus, ia merasakan rahmat Allah yang melimpah dalam dirinya karena ia adalah orang yang “terbuang” dua kali yaitu sebagai orang samaria dan sebagai orang  kusta. Imam orang Samaria itulah yang menyelamatkannya, ia percaya dan yakin bahwa dirinya disembuhkan oleh Allah melalui Yesus. Yesus tidak hanya menyembuhkannya secara fisik dan tahir secara sosial tetapi secara utuh, menyeluruh, sehingga orang itu dapat berterima kasih dan bersyukur kepada Allah. Makna yang kita petik dari orang Samaria ialah mereka yang tersingkir, dikucilkan ternyata tahu terima kasih dan bersyukur atas anugerah Allah.
            Mukjizat  yang dilakukan oleh Yesus tidak terbatas hanya untuk kaum terpilih, bangsa Israel saja melainkan untuk semua suku bangsa, termasuk kita. Mukjizat terjadi bukan hanya karena kedekatan secara fisik dengan Yesus, tetapi melintasi jarak  dan waktu. Hal ini memberi pengharapan pada kita yang secara fisik dan waktu berjauhan dengan Yesus. Yesus akan “menyembuhkan “ kita asal kita benar-benar percaya dan berimam kepadaNya.
            Apakah kita benar-benar mempercayakan diri sepenuhnya kepada Yesus, dan tidak mencari bantuan, kekuatan, kesembuhan yang bukan dari Allah ? Itulah pertanyaaan yang harus kita renungkan setiap saat tak kala kita mengalami situasi yang sulit, yang menekan, yang membuat kita putus asa. Apakah kita selalu berharap pada Yesus ?
            Dari kisah ini, kita diajak untuk selalu berterima kasih dan beryukur kepada Allah atas pengalaman-pengalaman hidup yang boleh kita alami, baik suka maupun duka. Bahwa segala sesuatu yang kita miliki sekarang ini berasal dari Allah , lewat kasih sesama  kepada diri kita Semuanya adalah anugerah Allah. Ungkapan terima kasih dan syukur yang bagaimana yang dapat kita lakukan dalam hidup ini ? Apakah hanya cukup dengan berdoa kepada Allah ?

Y. Haris A OSC

No comments:

Post a Comment